Awalnya, gedung ini bernama De Simpangsche Societiet. Societeit adalah tempat hiburan, di mana para Meneer (tuan) dan Mevrouw (nyonya) besar bangsa Belanda dan Eropa, bergembira ria menikmati kehidupan malam. Meneer dan Mevrouw memang memerlukan tempat untuk berkumpul semacam itu guna melepaskan kepenatannya.
Namun, dalam perkembangan selanjutnya, Simpangsche Societeit ternyata bukan hanya sekadar tempat hura-hura malam atau istilah sekarang, dugem belaka. Akan tetapi berubah fungsinya menjadi tempat berkumpul orang Belanda yang mempunyai faham rasialis. Di tempat inilah kemudian mereka mendirikan perkumpulan Vaderlandsche Club.
Sehingga, gedung ini merupakan salah satu societeit terkenal yang dibangun oleh Belanda pada kala itu. Karena dulu gedung ini terletak di Simpangstraat (Jalan Simpang), maka mendapatkan sebutan Simpangsche Societeit.
Pada saat Belanda masih berkuasa, rakyat pribumi dilarang menginjakkan kaki di tempat ini. Kalaupun ada rakyat pribumi yang di sana, sebagian besar dari mereka adalah petinggi negara yang memiliki pengaruh dan jabatan, selebihnya hanya sebagai pelayan.
Sejak didirikan pada tahun 1907, gedung ini memang sudah menjadi salah satu ikon bagi Kota Surabaya. Gedung ini dibangun oleh Westmaes, salah seorang arsitek yang terkenal di Surabaya ketika itu. Bentuk kubah sebagai atap adalah ciri aliran gothic, lalu gevel dan bracket yang membungkus kubah tersebut adalah warisan gaya vernakuler Belanda sedangkan alur horisontal pada dinding kerap muncul pada aliran Renaissance. Wetmaes rupanya memilih gaya eklektisme untuk merancang bangunan Simpangsche Societeit ini.
Agar sentuhan bentuk dan pola yang plastis dan melengkung tidak mendominasi bangunan, maka perlu dihadirkan bentuk-bentuk lugas sebagai penyeimbang, misalnya pola garis diagonal yang sederhana pada ventilasi kaca. Kecermatan kerja Wetmaes benar-benar terlihat pada ornamen pintu dan kaca ventilasi bangunan ini.
Bangunan Simpangsche Societet ini memiliki karakteristik yang kuat dibanding beberapa bangunan peninggalan kolonial yang lain. Secara detail, bangunan ini memiliki dua menara yang berbentuk bulat. Berbeda dengan bentuk bangunan kolonial lain yang memiliki menara simetris. Menara yang biasa disebut kubah pada bangunan ini terletak terpisah.
Menara pertama merupakan detail yang menjadi bagian yang menonjol, bahkan menjadi ciri khas bangunan ini. Terletak tepat di tengah bangunan, sangat tepat dengan bentuk lokasi site bangunan ini yang berada di pojok jalan. Sedangkan menara kedua berada di dalam bangunan dan tidak tampak dari luar. Dahulu atap bangunan yang dalamnya memiliki menara ini, menggunakan material kaca. Setelah mengalami pemugaran, diganti dengan fiber glass. Kubah kedua ini berbentuk prisma segi delapan, yang ditopang oleh tiang-tiang besi.
Balai Pemuda pada masa pertempuran 10 November 1945 dijadikan sebagai markas besar PRI (Pemuda Republik Indonesia), pusat organisasi pemuda. Di depan markas pusat PRI ini berpuluh prajurit Jepang yang tidak bersenjata dapat diturunkan dari bus yang mereka tumpang dan kemudian di sita.
Kini, Simpangsche Societeit sudah berubah menjadi Gedung Balai Pemuda semenjak tahun 1957. Bagi masyarakat Surabaya, gedung ini adalah tempat yang tidak asing lagi, karena fungsinya sebagai tempat penyelenggaraan berbagai acara yang berkaitan dengan kegiatan kepemudaan dan kesenian, dan sekaligus digunakan sebagai Surabaya Tourism Infromation Centre (Pusat Informasi Wisata Surabaya).
Alamat: Jl. Gubernur Suryo 15
*surabaya.go.id